LENSAINDONESIA.COM: Sebuah cerita unik nan inspiratif datang dari wisuda pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Ibu dan anak sama-sama diwisuda dengan gelar doktor.
Kedua anak-ibu ini terpaut usia lebih dari 23 tahun. Sang ibu, Dr. Dra. Sri Budi Lestari berusia 59 tahun dan sang anak, Dr. Budi Prasetyo berusia 36 tahun. Keduanya diwisuda bersama-sama hari ini di Grha Sabha Pramana UGM.
Baca juga: Yuk kenalan dengan Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D. dan Sun Life dan FPSB Indonesia gelar program edukasi keuangan di UGM
Bedanya, Sri Budi Lestari mengambil kuliah di Kajian Budaya dan Media. Sedangkan anaknya di prodi ilmu lingkungan. Saat ini, keduanya adalah staf pengajar di Universitas Diponegoro Semarang.
Yagn mengharukan, Sri Budi Lestari atau yang akrab dipanggil Ayie mengikuti wisuda dengan duduk di kursi roda. Ia ditemani oleh sang suami, Didik Samadikun.
Ayie mengaku baru menggunakan kursi roda lima tahun terakhir, atau tepatnya 1,5 tahun sejak mengikuti kuliah S3 di UGM. Ia tiba tiba jatuh sakit, otot paha kanannya tiba-tiba mengecil.
Dokter kemudian memvonisnya terkena penyakit demyelinisasi. Akibat penyakitnya itu, Ayie bahkan sempat untuk memutuskan berhenti melanjutkan pendidikan doktornya di UGM.
“Sempat berpikir berhenti, anak dan suami memotivasi. Begitu juga promotor saya Prof. Suhartono, beliau terus memotivasi. Selalu mendukung dan mendorong saya untuk selesai kuliah. Kan cuma sakitnya di sini, yang lainnya sehat,” kata ibu dari tiga anak ini menirukan ucapan sang promotor.
Wanita dengan lima cucu ini pun akhirnya bersemangat kembali menyelesaikan pendidikan S3 di UGM. Selama berkuliah, ia didampingi suami yang selalu mengantarkan kemanapun dia pergi.
“Suami saya sampai Ikut kuliah dan seminar untuk mendampingi. Untung dia sudah purna tugas jadi bisa menemani,” kata Ayie yang menceritakan sang suami pensiunan staf ahli Gubernur Jateng.
Meski sempat cuti selama satu semester akibat penyakitnya itu, Ayie bisa menyelesaikan pendidikan doktor dalam waktu 6 tahun 4 bulan. Ayie mengaku ia juga tidak menyangka akan diwisuda bareng dengan anaknya. Dia justru bangga bisa menyelesaikan pendidikan doktor di usia yang tidak muda lagi.
“Saya ingin memotivasi dan menginspirasi yang muda-muda. Saya sudah 23 tahun banyak beraktivitas (sebagai pengajar). Saya ingin meningkatkan keilmuan saya,” kata Ayie.
Sedangkan sang anak, Budi Prasetyo Samadikun, mengaku tidak menyangka bisa wisuda bersama dengan ibunda tercinta. Meski begitu, sejak awal keduanya bercita-cita bisa diwisuda bersama.
“Dari dulu sudah ada angan-angan, kalo misalnya bisa wisuda bareng, eh nggak tahunya kesampaian,” kata dosen prodi Teknik Lingkungan Undip ini.
Budi mengaku sangat mengangumi sosok ibunya yang sangat bersemangat menyelesaikan pendidikan meski kondisi fisiknya sempat menghambatnya. Budi mengaku justru ibunya yang selalu memotivasi dirinya untuk fokus menyelesaikan pendidikan.
“Di tengah jalan ada pasang surut, tapi kita saling support,” kata Budi. @sita
sumber : Raih gelar doktor, ibu dan anak ini wisuda bareng di UGM






0 comments:
Post a Comment