LENSAINDONESIA.COM: Persoalan kekerasan terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia di luar negeri seakan tak ada habisnya.
Dalam mengatasi hal ini, pemerintah Indonesia setengah hati. Bahkan, Presiden SBY hanya melakukan kontak telepon dalam menunjukkan empatinya dan berharap setelah telepon diletakkan persoalan selesai.
Baca juga: Salut! Aparat Hongkong tangkap majikan aniaya TKI Erwiana dan Malaysia lakukan pembersihan besar-besaran pada buruh migran ilegal
Setelah terungkapnya kasus Erwiana, kini muncul kasus lagi yang menimpa TKW di Taiwan bernama Sihatul Alfiah. Menurut anggota Komisi IX DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, Sihatul Alfiah (27 tahun) asal Desa Plampangrejo Banyuwangi mengalami penyiksaan dari majikan.
“Sihatul berangkat ke Taiwan pada tahun 2012. Ia TKI yang menempuh jalur legal melalui PT Sinergi Binakarya. Kontrak kerja yang disepakati dan ditandatangani adalah merawat orang tua,” kata Rieke Diah Pitaloka kepada LICOM Jakarta, Kamis (23/01/2014).
Menurut politisi PDI Perjuangan ini, setelah sampai di Taiwan, Sihatul Alfiah justru dipekerjakan sebagai pemerah dan pembersih kandang sapi di Liouying, distrik Tainan City.
Sihatul Alfiah harus memerah dan membersihkan kandang 300 sapi setiap hari. Jam kerjanya pun tak manusiawi. Dimulai pukul 03.30-10.00 pagi kemudian dilanjutkan lagi dari pukul 15.00 hingga 22.00 malam. Ia tidur di dekat kandang sapi.
“Di samping pekerjaan yang berat di luar kontrak kerja, Sihatul juga acapkali menerima siksaan dari majikannya, Huang Deng Jin. Karena tidak tahan dengan siksaan yang dialami, ia sempat mengadu ke PT dan meminta pindah kerja. Pihak agen akhirnya mendatangi rumah majikan,” kata Rieke Diah Pitaloka.
Namun Sihatul Alfiah tak bisa pindah kerja karena masih terikat kontrak. Malahan, Sihatul Alfiah semakin disiksa oleh majikan atas pengaduannya itu.
Tanggal 21 September 2013, Sihatul Alfiah dipukul dengan benda tumpul oleh majikannya hingga tak sadarkan diri. Sihatul Alfiah lalu dilarikan ke UGD RS Chi Mei Medical Centre di Liouying.
Hasil diagnosa resmi menunjukkan terjadi luka di bagian belakang kepala akibat pukulan menggunakan benda tumpul. Sihatul Alfiah mengalami koma selama satu bulan di rumah sakit.
“Sekarang Sihatul sudah sadarkan diri, namun hidupnya ditopang peralatan medis, tak bisa bicara dan bergerak,” kata Rieke Diah Pitaloka.
Berdasarkan pengakuan kawan-kawan TKI Taiwan lainnya yang ikut memantau kondisi Sihatul Alfiah, saat ini Sihatul berada di Min An Rd Baihe District nomor 1, Tainan City yang kabarnya bukan rumah sakit, tapi merupakan panti jompo.
“Hingga saat ini tak ada sanksi dari majikan. Majikan Sihatul hanya dikenai biaya pengobatan selama di rumah sakit. Saya sudah berkomunikasi dengan pihak keluarga, Suhandik (suami Sihatul), keluarga meminta majikan tetap diproses hukum,” ungkap Rieke.
Rieke juga mengatakan, sihatul Alfiah harus mendapatkan perawatan dan keluarga di Indonesia bisa pergi ke Taiwan untuk mendampingi Sihatul selama perawatan.
Rieke juga meminta semua biaya perawatan ditanggung pihak majikan dan agen. Jika kondisinya mulai pulih seperti sedia kala, keluarga meminta Sihatul Alfiah dipulangkan ke Indonesia dan semua hak-hak normatifnya sebagai pekerja dipenuhi.
Selama bekerja 13 bulan di Taiwan, Sihatul Alfiah baru menerima gaji tiga kali yang dikirim oleh pihak agen ke keluarga sejumlah Rp 6.900.000.
“Sesuai dengan fungsi pengawasan DPR, saya mendesak Pemerintah SBY segera lakukan langkah-langkah politik terkait kasus yang menimpa Sihatul. Tak cukup hanya lembaga terkait lakukan mediasi dengan majikan yang berujung sekadar penggantian biaya rumah sakit. Pak SBY, Sihatul tak mungkin Bapak telepon, ia tak bisa bicara, hidupnya ditopang alat. Hasil diagnosa rumah sakit membuktikan Rakyat kita dipukul dengan benda tumpul hingga koma satu bulan,” protes Rieke Diah Pitaloka.
Rieke pun mendesak Presiden SBY mengontak Pemerintah Taiwan agar majikan Sihatul Alfiah ditangkap dan diperiksa. “Jatuhi hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku di Taiwan. Tolong Bapak tanyakan ke Pemerintah Taiwan, betulkah Sihatul dirawat di rumah jompo. Jika benar, Bapak berhak menuntut agar Sihatul dirawat di RS degan perawatan yang semestinya. Penuhi hak-hak normatif Sihatul sebagai pekerja,” tandas Rieke Diah Pitaloka.
Rieke juga mendesak Presiden SBY mengusut informasi jika agen Sihatul menyarankan damai dengan bayaran Rp 600 juta. “Pak SBY, sekali lagi saya sarankan, Bapak tak perlu telepon Sihatul, karena itu bukan solusi, lagi pula sampai saat ini Sihatul tak bisa bicara. Teleponlah Pemerintah Taiwan, silakan foto dan percakapannya dibuka, dinaikkan ke semua media sosial, termasuk instagram istri tercinta. Kali ini lakukan apa yang harus dilakukan seorang Kepala Pemerintah, instruksikan tegas ke pembantu-pembantu Bapak,” pinta Rieke.@endang
sumber : Sihatul Alfiah, dihajar majikan hingga koma sebulan di Taiwan






Perlu Bisnis dan Personal Loans dari $ 5000 $ 10.000.000 00. Dapatkan ada kewajiban GRATIS kutipan Anda sekarang! Pembayaran sampai dengan 1 sampai 20 tahun. Tidak ada Jaminan, Uang dibayarkan ke rekening Anda dalam waktu 24 jam. Untuk Info lebih lanjut hubungi kami hari ini melalui email: am.credito@blumail.org
ReplyDelete