Sunday, 26 April 2015

Lensaindonesia pilih “Perempuan Tangguh” hadapi globalisasi ekonomi

LENSAINDONESIA.COM: Masih dalam rangka merayakan tahun ke-5, portal berita lensaindonesia.com kembali menggelar penganugerahan “Perempuan Tangguh Indonesia 2015″ di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini, Jakarta, Rabu,  29 April 2005. Penganugerahan yang juga mengenang Pahlawan Nasional untuk kaum perempuan RA Kartini ini juga melaunching forum Diskusi Indonesia.

Penganugerahkan perempuan tangguh Indonesia ini, menurut Ketua Penyelanggara Oddy Karamoy, selain ikut mengaktualkan
semangat RA Kartini menghadapi globalisasi ekonomoni, juga untuk menghargai daya juang figur-figur perempuan yang mampu
membuahkan value untuk eksistensi keindonesiaan, punya integritas, memiliki komitmen sebagai perempuan Indonesia dalam
menghadapi gempuran globalisasi.

Baca juga: Titiek Soeharto janji konsisten melanjutkan konsep Trilogi Indonesia

“Ada 20 nama figur personal maupun komunitas perempuan yang masuk kandidat tangguh di bidangnya, dan ketangguhannya
layak menjadi inspirasi kaum perempuan versi lensaindonesia.com. Setelah digodok tim, tinggal 10 nama yang diberi anugerah untuk tahun ini,” jelas Ody, Minggu malam, Jakarta (27/04/15).

Diantara 10 nama yang akan mendapatkan anugerah, Ody menyebutkan nama Mooryati Sudibyo. Ia seorang perempuan karier
senior dan ibu rumah tangga yang layak disebut perempuan tangguh lantaran perannya amat besar dalam memperjuangkan
kemajuan jamu tradisional dan yang terkait kecantikan perempuan berkarakter keindonesiaan. Juga Mien R Uno, seorang ibu
rumah tangga yang mengarungi karier sebagai pengusaha sekaligus pendidik masyarakat, dan mampu berkarya besar  menularkan pengetahuan terkait penampilan dan etiket kaum perempuan Indonesia.

Lainnya, ada nama Prof. Dr. Jeane Neltje Saly, SH, MH, APU. Ia perempuan penggerak pemberdayaan dana untuk membantu
pendidikan anak-anak Aceh, Banten, Irian dan NTT, dan wilayah-wilayah seluruh Indonesia sejak 2001 sampai saat ini. Guru
Besar yang mengajar pasca sarjana di beberapa universitas swasta Jakarta ini mengawali karier sebagai Hakim Muda di Pengadilan Negeri Ujung Pandang, dan pikiran-pikiran akademisnya mewarnai bidang hukum di Indonesia maupun internasional. Ia juga menulis banyak buku di bidang hukum baik nasional maupun internasional. Di antaranya, buku Perlindungan Usaha Kecil dan Pembangunan Ekonomi dalam Penerapan WTO,Pelaksanaan Perdagangan Barang Secara Adil dalam Pelaksanaan Aturan Dumping /WTO, dan Perlindungan Pemajuan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia Di Indonesia.

Komitmen Jeane memperjuangkan kaum perempuan Indonesia, dibuktikan diantaranya intensitas terhadap Pembentukan Hukum dalam Penataran–Penataran Bidang Hukum baik masalah Pembangunan Ekonomi dan Globalisasi Perdagangan Dunia, juga Perlindungan  Hukum Terhadap Wanita Dalam Penerapan Convention on The Elimination of all Forms of Discrimination Against Convention/Eliminasi terhadap Segala Bentuk Diskriminasi Perempuan, Perlindungan Hukum Terhadap Perdagangan Perempuan dan Anak–Anak/The Elimination of Trafficking in Women and Children Dalam Kaitan Tindakan Pemerintah HAM RI, dan masih banyak lagi karya-karya profesor yang layak disebut figur perempuan tangguh ini.

“Prof Jeane, Bu Mooryati, dan Bu Mien R Uno serta para figur lainnya yang dapat anugerah Perempuan Tangguh ini direncanakan juga akan menjadi pembicara dalam forum launching Diskusi Indonesia mengangkat topik ‘Peran Perempuan Indonesia sebagai Pengokoh NKRI’,” kata Oddy seraya menambahkan acara mengenang RA Kartini ini sedianya diselengarakan selama tiga hari dari 27 sampai 29 April 2005 dengan rangkaian program yang puncaknya “Malam Penganugerahan” di Museum Galery Nasional Jakarta. Karena kendala teknis, sehingga acara dipadatkan hanya 29 April.

Penanggungjawab penganugerahan “Perempuan Tangguh 2015″, Joko Irianto Hamid, menjelaskan, alasan pemberian anugerah ini karena mempertimbangan bahwa menghadapi globalisasi ekonomi dibutuhkan figur-figur perempuan tangguh yang bisa mengins-pirasi dan menjadi spirit kaum perempuan. Ekses globalisasi ekonomi membuat jutaan perempuan di desa-desa menghadapi dua pilihan tidak mudah. Berimigrasi ke kota dengan kapasitas pas-pasan, atau bertahan di desa yang senantiasa akan dihadapkan kehadiran investor.

“Jika perempuan tidak tangguh akan terancam miskin lebih jauh. Akibatnya, rentan kekerasan rumah tangga, tingkat kesehatan lebih buruk dan tingkat pertumbuhan anak-anaknya pun akan dibawah standar. Ekses lain, ancaman tren human traficking sangat mungkin sulit dihindarkan, ” kata Joko, yang juga Pemred Pelaksana lensaindonesia.com.

“Itu akan jadi persoalan tidak sederhana.  Apalagi keterwakilan perempuan di DPR tak memenuhi target UU yang berkuota 30 persen, tidak ada jaminan keberpihakan terhadap kepentingan perempuan. Ironis lagi, Pemilu 2014 keterwakilan perempuan malah merosot jadi 14 persen dari Pemilu 2009 yang mencapai 18 persen.  Jadi, Indonesia butuh bermunculan figur-figur perempuan tangguh yang lebih realistis, ” kata Joko, yang Pemred Pelaksana lensaindonesia.com. @yuanto

 

alexa ComScore Quantcast
counter customisable
Google Analytics NOscript

sumber : Lensaindonesia pilih “Perempuan Tangguh” hadapi globalisasi ekonomi

0 comments:

Post a Comment